ARTIKEL KEDUAKU
ETIKA LEBIH DARI
LEGALITAS
Pada awal tahun 2000-an, public
Amerika dikejutkan ketika mengetahui bahwa Enron, perusahaan dagang energy
raksasa menciptakan hubungan rekanan di luar buku untuk menyembunyikan utang
dan kerugian. Aib Enron tidak lama kemudian diikuti oleh lebih banyak skandal
di perusahaan – perusahaan besar seperti, Worldcom, Tyco International,
ImClone, HealthSouth, dan Boeing. Skandal seperti ini tidak hanya terbatas
dalam perusahaan besar. Perusahaan kecil juga terkena. Sebagai contoh, Lacrad
International, sebuah penerbit multimedia kecil, mengakui bahwa perusahaan
tersebut telah berbohong kepada pemberi pinjamannya ketika memberikan klaim
pendapatan sebesar jutaan dolar dengan tujuan untuk mendapatkan pinjaman untuk
membeli barang – barang seperti pesawat jet koorporat senilai $2,5 juta. Yang
pada kenyataannya, pendapatan perusahaan tersebut tidak pernah melampaui
$100.000. Apakah yang dijual Lacrad? Khotbah keagaamaan dan CD rohani?
Dengan hilangnya etika yang sangat
umum saat ini, apakah yang dapat dilakukan untuk memulihkan kepercayaan pada
system pasar bebas dan pemimpin secara umum? Pertama mereka yang telah
melanggar hokum harus dihukum sesuai dengan kejahatannya. Menahan pemimpin
bisnis, memborgol mereka, dan mengirim mereka ke penjara mungkin nampak kasar,
tetapi inilah langkah pertama untuk memperlihatkan kepada public bahwa sudah
waktunya untuk bersikap serius terhadap perilaku legal dan etis dalam bisnis.
Tidak seorangpun berada di atas hukum :
tidak orang religious, tidak orang pemerintah, dan tidak juga pelaku bisnis.
Hukum baru yang membuat catatan akuntansi lebih transparan (mudah dibaca dan
dipahami) dan membuat pelaku bisnis dan yang lainnya lebih bertanggung jawab
dapat membantu. Akan tetapi hukum tidak membuat orang lain jujur, dipercaya,
dan mengatakan hal yang sebenarnya. Jika hukum sendiri merupakan pencegah yang
besar akan terdapat jauh lebih sedikit criminal di bandingkan yang ada sekarang
ini.
Bahaya dari menulis hukum baru untuk mengoreksi perilaku
adalah bahwa orang dapat mulai berfikir bahwa semua perilaku yang berada dalam
hukum juga dapat diterima. Ukuran perilaku, kemudian menjadi “ Legal atau
Tidak? ” Suatu masyarakat akan mendapat kesulitan ketika menganggap etika dan
legalitas adalah sama. Etika dan legalitas adalah hal yang berbeda. Meskipun
mematuhi hukum adalah langkah pertama yang penting, perilaku etis membutuhkan
lebih dari pada itu. Etika mencerminkan hubungan orang yang sepantasnya dengan
satu sama lain. Legalitas adalah lebih sempit. Legalitas merujuk pada hukum
yang telah kita tulis untuk melindungi diri kita dari penipuan, pencurian, dan
kekerasan. Banyak tindakan tidak bermoral dan tidak etis yang berada dalam
hukum kita.
Standar Etis Merupakan
Fundamental
Kita
mendefinisikan etika (ethics) sebagai standar perilaku
bermoral, yaitu perilaku yang diterima oleh masyarakat sebagai benar versus
salah. Banyak orang Amerika sekarang ini mempunyai sedikit nilai moral yang
absolut. Dan banyak yang memutuskan secara situasional apakah boleh untuk
mencuri, berbohong, atau minum, dan mengemudi. Hal itu adalah jenis pemikiran
yang telah menyebabkan skandal – skandal dalam pemerintahan bisnis akhir –
akhir ini.
Dinegara seperti Amerika Serikat, dengan begitu banyak kultur
yang beragam, Anda mungkin menganggap tidak mungkin untuk memperkenalkan
standar umum perilaku etis ; Akan tetapi, diantara sumber – sumber dari
berbagai waktu dan tempat seperti Kitab suci, Ethics dari Aristoteles, King
Lear dan William Shakespeare, Quran, dan Analects dari Konfusius ; Anda akan
menemukan pernyataan nilai moral dasar sebagai berikut ; Integritas, rasa
hormat kepada kehidupan manusia, pengendalian diri, kejujuran, keberanian, dan
pengorbanan adalah benar ; penipuan, menjadi pengecut, dan kekejaman adalah
salah. Selanjutnya agama besar dunia mendukung versinya masing – masing dari
Aturan emas, bahkan hanya dinyatakan dalam bentuk negative ; Jangan melakukan
kepada orang lain apa yang Anda tidak ingin mereka lakukan kepada Anda.
Etika Dimulai dari Kita
Masing - masing
Mudah untuk mengkritik para pemimpin bisnis dan politik untuk
kekurangan moral dan etis mereka, tetapi kita harus berhati – hati dalam kritik
kita untuk memperhatikan bahwa orang Amerika secara umum tidaklah selalu
sejujur dan terhormat seperti yang seharusnya. Satu studi mengungkapkan bahwa
dua per tiga dari populasi Amerika mealporkan tidak pernah memberikan waktu
kepada komunitas tempat mereka tinggal. Hampir sepertiga mengatakan mereka
tidak pernah berkontribusi pada amal. Baik manajer dan pekerja menyatakan etika
manajerial yang rendah sebagai penyebab utama dari permasalahan dalam
persaingan bisnis Amerika . Para karyawan melaporkan bahwa mereka acap kali
melanggar standar keselamatan dan menghindari pekerjaan sebanyak tujuh jam
setiap minggu.
Hal yang sehat ketika mendiskusikan isu moral dan etis untuk
ingat bahwa perilaku etis dimulai dengan Anda dan saya. Kita tidak dapat
mengharapkan masyarakat untuk menjadi lebih bermoral dan etis kecuali kita sendiri
sebagai individu berkomitmen untuk menjadi lebih bermoral dan etis.
Terkadang anda di posisikan di dalam situasi yang disebut
diema etis dimana tidak terdapat alternative yang diperlukan karena Anda harus
memilih antara alternative – alternative yang sama tidak memuaskannya. Untuk
memelihara keseimbangan antara etika dan tujuan lainnya, seperti menyenangkan
pemangku kepentingan atau memajukan karier Anda sangat sulit. Dengan menanyakan
pada diri anda pertanyaan – pertanyaan berikut ini ;
1.
Apakah hal itu Legal? Apakah saya
melanggar hukum atau kebijakan perusahaan?
2.
Apakah hal itu seimbang? Apakah saya
bertindak adil?
3.
Bagaimana tindakan tersebut akan
memengaruhi perasaan saya terhadap saya sendiri?
Tidak ada
solusi yang mudah pada dilemma etis. Individu dan perusahaan yang mengembangkan
kode etika yang kuat dan menggunakan ketiga pertanyaan uji etika di atas
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk berperilaku etis dibandingkan
kebanyakan orang.
MENGELOLA BISNIS SECARA ETIS DAN
BERTANGGUNG JAWAB
Etika organisasi dimulai dari puncak.
Etika adalah sesuatu yang ditangkap dan bukan dikatakan. Maksudnya, orang
mengetahui standard dan nilai mereka yang mengamati apa yang dilakukan orang
lain, bukan dari mendengarkan apa yang mereka katakan. Hal ini terjadi dalam
bisnis dan di rumah. Kepemimpinan dan contoh dari manajer puncak yang kuat
dapat membantu menanamkan nilai koorporat dalam karyawannya yang tidak etis
dengan kegagalan kepemimpinan organisasi dalam menetapkan standard an kultur
etis.
Segala keparcayaan dan kooperasi antara pekerja dam manajer
haruslah didasarkan pada keadilan, kejujuran, keterbukaan, dan integritas
moral. Hal yang sama dapat dikatakan mengenai hubungan antara bisnis dan antara
Negara. Sebuah bisnis harus dikelola secara etis karena banyak alasan ; untuk
memelihara reputasi baik; untuk mempertahankan pelanggan yang ada ; untuk
menarik pelangganbaru ; menghindari campur tangan pemerintah (peralihan hukum
dan regulasi baru yang mengendalikan aktivitas bisnis) ; untuk menyenangkan
pelanggan, karyawan, dan masyarakat ; dan untuk melakukan hal yang benar. Dan
individu – individu biasanya tidak bertindak sendiri; mereka membutuhkan
kerjasama, implisit, atau bahkan langsung, dari orang lain untuk mewujudkan
perilaku etis.
Menetapkan Standar Etis Korporat
Kode etika korporat saat ini sedang popular.
Delapan puluh sembilan persen dari organisasi yang di survey akhir – akhir ini
mempunyai kode etika tertulis dan bervariasi. Kode etika diklasifikasikan
menjadi dua kategori utama ;
- · Kode etika berbasis kepatuhan (compliance – based ethics code)
Menekankan pencegahan perilaku yang melanggar
hukum dengan meningkatkan control dan dengan memberikan sanksi kepada yang
melanggar.
- · Kode etika berbasis Integritas (integrity – based ethics codes)
Mendefinisikan nilai – nilai panduan
organisasi, menciptakan sebuah akuntabilitas
bersama antar karyawan.
Sebuah factor penting terhadap
keberhasilan penegakan kode etika adalah pemilihan pejabat etika. Pejabat etika yang paling efektif akan
menetapkan nada positif, berkomunikasi dengan efektif, dan berhubungan dengan
karyawan pada setiap tingkat dalam perusahaan.
Tanggung Jawab Sosial Korporat
Tanggung jawab social
korporat (corporate social responbility - CSR)
adalah perhatian yang dimiliki bisnis terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tanggung jawan ini didasarkan pada perhatian perusahaan bagi keejahteraan semua
pemangku kepentingannya, tidak hanya pemiliknya.
Kinerja social sebuah perusahaan mempunyai beberapa dimensi ;
- · Filantropi korporat (corporate philanthrophy) meliputi sumbangan amal kepada semua jenis kelompok nirlaba
- · Inisiatif social korporat (corporate social initiatives) meliputi bentuk lanjut dari filantropi korporat.
- · Tanggung jawab korporat (corporate responbility) meliputi semuanya dari memperkerjakan pekerja minoritas hingga membuat produk yang aman, meminimalkan polusi, menggunakan energy dengan bijaksana, dan menyediakan lingkungan yang aman – pada dasarnya semua hal yang berkaitan dengan bertindak penuh tanggung jawab dalam masyarakat.
- · Kebijakan korporat (corporate policy) merujuk pada posisi yang diambil perusahaan pada isu social dan politik
·
Tanggung
jawab social korporat meliputi ;
1. Tanggung jawab terhadap pelanggan
2. Tanggung jawab terhadap investor
3. Tanggung jawab terhadap karyawan
4. Tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan
AUDIT SOSIAL
Audit social (social
auditing) adalah sebuah evaluasi sistematis dari kemajuan organisasi menuju
penerapan program yang bertanggung jawab dan responsive secara social. Namun
satu dari masalah utama dalam melakukan audit social adalah menetapkan prosedur
– prosedur untuk mengukur aktivitas sebuah perusahaan dan pengaruhnya pada
masyarakat.
Secara umum, tanggung jawab social menjadi salah satu aspek
dari keberhasilan korporat yang di evaluasi, di ukur, dan dikembangkan oleh
bisnis. Selain audit social yang dilakukan oleh perusahan itu sendiri, terdapat
empat jenis kelompok yang berfungsi sebagai pengawas berkenaan dengan seberapa
baik perusahaan menegakkan kebijakan etis dan tanggung jawab social mereka :
1.
Investor yang sadar secara social yang menekankan bahwa perusahaan
memperluas standar tingginya ke semua pemasoknya.
2.
Pemeduli lingkungan (enviromentalist)
yang memberikan
tekanan dengan menyebutkan nama perusahaan yang tidak masuk dalam standar
pemeduli lingkungan tersebut.
3.
Pejabat serikat buruh yang memburu pelanggaran dan memaksa
perusahaan untuk patuh untuk menghindari publisitas negative.
4.
Pelanggan yang menganggap serius jika sebuah
perusahaan melakukan apa yang menurut mereka merupakan praktik yang tidak etis
atau tidak bertanggung jawab secara social.
Understanding
Business (Pengantar Bisnis),edisi 8 (terjemahan),
William G. Nickels, James M. McHugh, Susan M. McHugh, Penerbit Salemba Empat, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar